Hasil Tes Poligraf Putri Candrawathi Minus 25, Pakar Pidana : Wuih Mengerikan

Terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana, Putri Candrawathi, menyampaikan belasungkawa di hadapan ayah dan ibu Brigadir J, Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak. Foto : Kompas TV

Hasil tes poligraf atau pendeteksi kebohongan Putri Candrawathi yang minus dan Richard Eliezer yang terindikasi jujur mendapat tanggapan sejumlah pihak. Tanggapan tersebut di antaranya berasal berasal dari Ronny Talapessy, kuasa hukum Richard; Febri Diansyah, anggota tim kuasa hukum Putri Candrawathi dan Abdul Fickar, pengamat hukum pidana.

Ronny selaku kuasa hukum Richard mengatakan, hasil tes tersebut mematahkan pemikiran yang menyebut Richard tidak jujur di persidangan.

“Ini sesungguhnya membuktikan, kan di awalannya dikatakan bahwa klien aku ini tidak jujur ya,” kata Ronny dalam Satu Meja The Forum, Kompas TV, Rabu (14/12/2022).

“Tapi dalam proses persidangan ini terbukti bahwa apa yang disampaikan oleh klien aku indikasinya adalah dia jujur.”

Ronny termasuk menyebut bahwa dalam proses momen pidana kudu lihat seutuhnya dalam satu kronologis momen utuh. Sementara, Abdul Fickar yang termasuk menjadi narasumber dalam acara itu, mengatakan, hasil tes poligraf Putri Candrawati agak mengerikan.

Baca juga : Istri Ferdi Sambo Mengaku ke Psikolog Bohong Mengenai Pelecehan, Ini Alasannya

“Menurut aku agak mengerikan juga. Artinya keterangannya hampir tidak tersedia yang benar. Minusnya terlalu banyak.”

Saat Budiman Tanuredjo menanyakan, apakah itu berarti hobinya sesungguhnya berbohong, Fickar menjawab kemungkinan itu ada.

“Menurut aku sih kemungkinan udah menjadi anggota berasal dari perilaku. Kan begini, kala orang menjawab suatu pertanyaaan, akan terbujuk oleh kebiasaan-kebiasaan sehari-harinya.”

“Umpamanya untuk menjawab pertanyaan secara jujur, tentu akan tersedia gangguan-gangguan termasuk kecuali sesungguhnya biasa merekayasa,” tuturnya.

Febri menanggapi hasil tes poligraf tersebut bersama mengatakan pertanyaan untuk tiap-tiap terdakwa. Menurutnya, kecuali berbicara poligraf, sebelum saat berbicara pembicaraan dan diskusi tentang poligraf, maka kudu diamati pertanyaan yang disimpulkan jujur atau tidak jujur.

“Untuk Richard, pertanyaan pakar pada tes poligraf itu tersedia tiga, yang intinya, ‘Apakah Anda menembak Yosua atau tidak?’ Secara sederhana, Richard menjawab, ‘Ya’, dan Richard jujur hasil tes poligraf pada pas itu,” kata Febri.

Sementara, jawaban Ricky menurut Febri termasuk terindikasi jujur, bersama tidak benar satu poin yang disebutkan bahwa ia tidak lihat Ferdy Sambo menembak Yosua.

“Ricky yang tersedia di lokasi mengatakan dia tidak lihat Ferdy Sambo menembak Yosua, dan itu disebut oleh tes poligraf jujur.”

“Artinya, tuduhan berasal dari Richard yang mengatakan Ferdy Sambo menembak Yosua yang terakhir, itu menjadi tidak benar,” lanjutnya. Karena itulah, lanjutnya, kudu hati-hati sekali lihat tes poligraf ini.

Bukan soal meragukan, tapi, menurutnya kecuali berbicara soal pembicaraan dalam hukum acara pidana, tersedia beberapa pembicaraan tetang poligraf.

“Apakah tes poligraf ini, lie detector ini, diakui sebagai tidak benar satu alat bukti di (Pasal) 184 (KUHP)?”

“Kedua, apakah tes poligraf bisa diterapkan pada orang yang dalam kondisi emosional yang tidak stabil?” lanjutnya.

Ketiga, lanjut Febri, kecuali dibandingkan degan beberapa negara, konsep dan pengaturan tes poligraf, tersedia syarat mutlaknya, yakni cuma bisa dijalankan kala orang dalam kondisi tenang dan bersedia.

“Kalau menolak, berarti tersedia8 resistensi dalam dirinya, berarti tes poligraf itu menjadi tidak valid.”

“Kalau saya, sebagai kuasa hukum dan termasuk kudu secara obyektif lihat fakta persidangan, kami kudu lihat kronologis fakta yang satu bersama yang lain,” urainya. (sumber : kompas tv)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama